Pekanbaru, beritaaksiterkini.com - Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB) bersama Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pekanbaru mengadakan Training of Trainers (ToT) dengan tajuk Mitigasi, Pemantauan, dan Advokasi Kebebasan Berekspresi, Berkumpul, dan Berorganisasi bagi Komunitas/Organisasi Orang Muda di Pekanbaru di hotel Grand Zuri, Pekanbaru pada tanggal 16-18 September 2025. Kegiatan ToT ini merupakan inisiasi bersama antara KKB, YAPPIKA dan LBH Pekanbaru untuk komunitas orang muda di Pekanbaru.
Pelatihan yang diikuti oleh 25 peserta ini merupakan perwakilan dari 13 komunitas dan organisasi orang muda yang ada di Pekanbaru, seperti beberapa Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), yaitu AKLaMASI UIR, Bahana UNRI, Gagasan UIN Suska Riau, Aksara UMRI, juga beberapa komunitas ataupun organisasi seperti Rangurai, Aksi Kamisan Pekanbaru, Aksi Kamisan Kampar, Klub Akhir Pekan, Ikhwal.co, OPSI Riau, AJI, GoRiau.com, dan KOMAHI UNRI.
Dalam keteranngannya, Riza Imaduddin Abdali, Civil Society Advocacy Specialist YAPPIKA sekaligus Koordinator KKB, menjelaskan bahwa KKB sendiri merupakan sebuah koalisi masyarakat sipil yang sudah berdiri semenjak tahun 2006. Pada awal mulanya, koalisi ini berfokus pada penguatan kerangka hukum organisasi masyarakat sipil, yang mana seiring perkembangannya KKB juga turut mendorong perlindungan ruang sipil serta regenerasi gerakan masyarakat sipil yang ada di Indonesia. Dengan 40 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia, KKB berupaya memperkuat simpul-simpul gerakan, salah satunya di Pekanbaru melalui kolaborasi dengan LBH Pekanbaru.
“Pelatihan ini kita adakan dengan tujuan untuk menciptakan ruang pertautan kritis bagi komunitas orang-orang muda yang ada di Pekanbaru. Dari pertautan itu, kita dapat memetakan tantangan, aset, sumber daya dan kapasitas yang ada dalam gerakan orang muda Pekanbaru, sekaligus merumuskan rencana aksi kolektif untuk merebut ruang sipil yang ada di Pekanbaru,” ujar Riza. Ia menambahkan, Pekanbaru dipilih karena LBH Pekanbaru merupakan salah satu anggota KKB, sehingga menjadi kewajiban untuk mendukung dan memperkuat gerakan lokal yang berada di wilayah LBH Pekanbaru.
Riza juga menilai bahwa kapasitas generasi muda Pekanbaru tidak jauh berbeda dengan pemuda di Pulau Jawa, meskipun terdapat ketimpangan pembangunan antara yang terjadi di pulau Jawa dengan pulau-pulau lainnya. “Yang unik dan menarik dalam pertautan kritis tiga hari ini adalah pemuda Pekanbaru memiliki pemahaman yang amat mendalam tentang nilai-nilai lokal yang mengakar di Pekanbaru dan di diri kawan-kawan. Harapan kami, mereka tentunya dapat terus terhubung satu sama lain, termasuk juga terhubung dengan lintas generasi, untuk membangun gerakan masyarakat sipil yang lebih kuat dan substantif,” tambahnya.
Salah satu peserta, M. Rizki Fadilah, perwakilan LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Bahana Mahasiswa, menyampaikan bahwa ia merasakan materi-materi yang disampaikan dalam sesi ToT selama 3 hari tersebut memiliki relevansi dengan tantangan yang ia rasakan dan hadapi sebagai pers mahasiswa, salah satunya adalah risiko pembredelan. “Materi yang saya dan teman-teman dapatkan selama tiga hari ini sangat padat sekali dan semuanya saling berkaitan, mulai dari dasar-dasar HAM, pemantauan, mitigasi risiko, hingga advokasi. Kami juga pada akhirnya mendapatkan ilmu untuk melakukan mitigasi dan merencanakan liputan pers menjadi lebih aman dan terarah ketika terjadi masalah yang tidak diinginkan,” ungkapnya.
Fadil juga mengapresiasi KKB dan LBH Pekanbaru serta Yappika yang memfasilitasi pelatihan ini. “Saya berterimakasih atas ilmu-ilmu yang sangat berharga. Kegiatan ini memberikan ruang kepada kami, para pemuda Pekanbaru untuk belajar bagaimana cara melakukan pemantauan, mengukur risiko, serta mengadvokasi gerakan dengan lebih terorganisir,” katanya..
Dalam akhir kegiatan ToT ini, para peserta dengan didampingi oleh LBH Pekanbaru sepakat untuk melakukan kolaborasi yang berkelanjutan yang akan direncanakan dalam waktu tiga bulan kedepan. Fadil sendiri berharap agar rancangan ini menghasilkan aksi nyata dalam waktu yang telah direncanakan, bahkan jika memungkinkan untuk melahirkan koalisi baru untuk berpendapat, berekspresi dan berorganisasi.
“Semoga pertautan ini tidak cuma berhenti sampai di sini saja. Semoga apa yang kita rencanakan untuk tiga bulan kedepan di akhir kegiatan dapat terealisasi dan memberikan dampak hingga pada akhirnya dapat menjadi koalisi baru, melahirkan tempat-tempat yang lebih baik lagi kedepannya untuk menyampaikan pendapat,” tutup Fadil.